Jam menunjukan pukul 5 itu saatnya aku harus bersiap-siap berangkat kesekolah. Ku mencoba membuka mata walau memang sulit rasanya. Semalam pukul 11 tepat aku baru tertidur karena menonton konser LIVE AKB48 di televisi. Aku baru bisa mandi setelah menunggu kakaku selama 15 menit untuk dia mandi. Setelahnya aku langsung bersiap memakai seragam lengkap dan juga memakai wangi-wangian. Langsung kuambil sepiring nasi goreng yang sudah ibu buatkan untuk kami semua.
"Cepat habiskan makananmu lalu langsung berangkat kesekolah sudah jam 6 lewat tuh" kata ibu padaku.
"Siap bu"
Setelah itu langsung kunaiki motor bebekku. Karena jarak yang cukup jauh dari rumah kesekolah, harus kutempuh menggunakan sepeda motor. Sesampainya disekolah langsung kuparkir motorku parkiran yang cukup teduh. Di kelas sudah ada kedua sahabatku sekaligus tempat sejak aku kecil. Mereka bernama Ariiq dan Fachri.
"Eh, Axesa ayo sini gabung lama amat datengnya" kata Fachri dari dalam kelas.
"Sorry agak telat soalnya semalem nonton AKB48 sampe malem" sambungku
"Iya ya aku juga liat" kata mereka hampir berbarengan
Maklum kita semua nge-fans sama idol group nomor satu di Jepang itu
"Gak kerasa ya kita udah kelas XI lagi berarti udh lama banget ya kita temenan" kata Fachri lagi
"Iya ya"
"Eh, Sa katanya ada murid baru loh " Ariiq nyosor
"Yang bener, cewek apa cowok" Fachri udah ngeduluin pertanyaan yang baru mau aku lontarin
"Denger-denger sih cewek" Ariiq nyambung
"Cantik gak ya ? hahahah" kataku
"Kalo cantik mau dijadiin pacar ya" Fachri nyerocos
"Iya nih si Axesa gimana sih kita aja udah punya semua masa kamu belum" sambung Ariiq
"Aku nanti-nanti aja deh" kataku yang cuma bisa nyengir kuda
"Ah, Axesa payah nih" katanya lagi
Kriiiing, Kriing bel masuk berbunyi
Pak Jaya, wali kelas kita masuk ke kelas.
"Selamat pagi anak-anak ! Hari ini kita kedatangan murid baru, ayo sini masuk" katanya pada murid baru tersebut.
Aku cuma bisa melongo melihat murid baru itu. Tak pernah kulihat perempuan secantik itu. Rambutnya panjang berponi dengan twin tailnya, kulitnya putih bersih, wajahnya imut dan oriental. Mungkin seluruh mata anak laki-laki saat itu hanya tertuju padanya.
"Ayo sekarang perkenalkan dirimu"
"Namaku Cindy Gulla, kalian bisa memanggilku Cindy" katanya sambil tersenyum manis.
"Baik Cindy, kamu bisa duduk disana di kursi yang kosong disebelah Axesa"
Entah kebetulan atau memang sudah takdirku bisa sebangku dengannya. Yang jelas jantungku langsung berdetak tak menentu saat Pak Jaya bilang gitu.
"Kenalkan aku Axesa" kataku smbil menyodorkan tangan
"Aku Cindy" jawabnya singkat
Kelas berlangsung cepat seperti biasanya, bell istirahatpun berbunyi. Namun yang tidak biasa adalah ada seorang wanita yang berada disebelah kiri bangku tempat dudukku yang bikin aku dag dig dug.
Seperti biasa Ariiq dan Fachri mengajakku ke kantin sekolah akupun hanya bisa mengiyakan. Dan seperti biasa juga mereka didampingi kedua pacarnya Melody dan Rena. Dan aku gak ada yang nemenin. Sebelum keluar kelas kulihat ada Cindy yang lagi ngeluarin novel dari tasnya.
"Ayo cepet" kata Rena
"Iya Ren"
Sesampainya di kantin kita nyari tempat yang cukup buat kita berlima.
"Eh, mau pesen apa aku traktir nih" kata Melody
"Serius Mel ?" kata Fachri gk percaya
"Iya tenang aja, ayo cepet pesen" katanya lagi
Ariiq cepet-cepet manggil pelayan buat pesen makanan. Kayanya dia udah laper banget
"Nasi goreng satu sama es teh" kata Ariiq
"Aku juga sama" kata Pacarnya
"Aku gado-gado sama es jeruk" kata Rena.
Lucu juga ya Rena yang orang Jepang asli tapi bisa suka makanan tradisional Indonesia.
"Aku bakso aja sama teh botol" Fachri mulai mesen
"Kentang goreng aja sama jeruk anget mas" kataku
Gak jauh dari tempat duduk kita udah ada Cindy sama Shania yang lagi mesen makanan. Padahal sebelum kita ke kantin aku liat dialagi ada dikelas sambil baca novel tapi tau-tau udah ada di kantin. Mungkin dia bosen kali baca novel yang dia bawa. Aku gak bisa malingin pandanganku darinya.
"Woy, ngeliatin siapa sih ? Ooh murid baru itu ya" kata Fachri ngebuyarin lamunanku
"Kayanya Axesa jatuh cinta pada pandangan pertama nih sama dia" sambung Rena
"Mukanya juga gak kaya biasanya waktu belajar tadi" timpal Melody
"Waaah, iya ya" Ariiq mulai nyerang
"Haha enggak ko" kataku bohong
"Udah jujur aja sama kita Sa" kata Ariiq lagi
"Sebenernya iya sih" kataku malu-malu
"Tuh kan, udah kebaca tau dari mukanya" kata Melody yang kayanya udah apal sama temennya yang satu ini.
"Nah, gitu dong sekali-sekali naksir sama cewek, jangan jomblo melulu" tambah Fachri yang kayanya udah jengkel ngeliat temennya masih jomblo.
Bel masuk berbunyi kita semua langsung masuk kekelas tanpa terkecuali Cindy. Sebelum guru masuk aku mencoba membuka percakapan sama Cindy.
"Cin, tadi aku liat kamu lagi dikantin sama Shania padahal sebelumnya kan kamu lagi baca novel dikelas kenapa bosen ya sama novelnya" tanyaku padanya
"Hmm iya nih" dia jawab dengan singkat lagi
Pelajaran selesai dengan cepat bell pulang pun berbunyi. Kita langsung menuju motor masing-masing. Fachri dengan motor maticnya bersama Rena dibelakangnya, Ariiq dengan motor vespa warisan kakeknya dengan Melody dibonceng , dan aku, aku hanya nyetir motor bebekku sendiri gak ada yang diboncengin, atau mungkin nanti bisa ada Cindy di jok belakang motorku.
7 hari berlalu.
Hari ini Cindy udah bisa membaur sama anak cewek yang lainnya apalagi Shania kayanya Shania udah deket banget sama cewek yang aku taksir ini. Mungkin karena Shania orang pertama yang ngajak dia makan di kantin.
Seperti biasanya saat istirahat aku langsung ke kantin. Disana sudah ada keempat orang temanku yang sudah menunggu.
"Sa ! disini" kata Fachri sambil teriak
"Udah lama nunggu ya "jawabku sambil menuju tempat duduk mereka
"Eh Sa, aku dapet berita bagus nih" Kata Melody
"Apaan tuh"
"Ternyata Cindy belum punya pacar"
"Haah, kamu tau darimana ?"
"Udahlah kamu gak perlu tau"jawabnya lagi
"Kalo gitu bagus dong"
"Siip deh"
Setelah lama berbincang bell masuk berbunyi
Kelas berlangsung cepat akhirnya bell pulang pun berbunyi. Aku pun menuju parkiran untuk mengambil motorku. Tiba-tiba Shania lari kearah motorku.
"Axesa, Axesa, tunggu !"
"Ada apa Shan ?" jawabku bingung
"Ini nih"katanya sambil ngasihin kertas
"Apaan niih ?" jawabku yang masih bingung
"Nomor HP-nya Cindy sama alamat rumahnya" kata dia senyam-senyum
"Kamu tau darimana aku suka sama dia"
"Keliatan lah, kamu kan gak konsen setiap pelajaran karena sebangku sama dia iya kan"
"Hehe, thanks ya Shan" jawabku
Dia cuma ngejawab senyum.
Malemnya aku beraniin buat nelpon dia buat sekedar ngajak dinner.
Tuut...tuut.......tuut.......tuut.......
Akhirnya diangkat
"Halo, ini siapa ya"
"Ini aku Cin, temen sebangku kamu"
"Oh Axesa, ada apa nelpon aku" jawabnya
"Hmm, malem ini kamu kosong gak" kataku langsung to the point
"Maaf ya hari ini aku harus ke rumah saudaraku" kata dia yang udah tau arah pembicaran ku
"Ooh, iya gak papa ko"
"Maaf ya mungkin kita bisa keluar lain waktu"
"Iya, gak papa ko"
Besoknya aku berangkat seperti biasa. Sekolah pun seperti biasa berlangsung dengan cepat. Saat aku menuju motorku, ku lihat gadis yang kusukai seperti menunggu seseorang akupun bergegas mendekatinya.
"Cin, belum dijemput ya ?"
"Hmm, iya nih"
"Pulang bareng aja yuk"
"Gak papa nih"
"Gak papa ko ayo naik aja"
"Gak ngerepotin kamu kan"
"Udah ayo cepet naik"
Sepanjang jalan kita gak bisa berkata apa-apa. Terkadang ku menggeber motorku lebih cepat membuatnya memegang pinggangku dengan erat. Akhirnya kita sampai dirumahnya. Diapun turun dari motorku.
"Mampir dulu gak nih"
"Enggak ah, udah sore Cin maaf ya"
"Ooh oke deh"
"Cin, besok kamu aku jemput ya"
"Serius ?"
"Iya kamu siap-siap aja pagi-pagi"
"Oke deh, makasih ya udah mau nganterin aku" Katanya sambil nyubit pipiku
"Hehe, nyantai aja kali"
Ya tuhan mimpi apa aku semalem bisa nganterin Cindy abis itu dicubit lagi pipinya.
Besoknya aku berangkat lebih cepat. Soalnya mau berangkat bareng Cindy sambil naik sepeda. Biar kesannya lebih romatis gitu. Sesampainya dirumah Cindy ternyata dia udah nunggu didepan rumahnya.
"Kita ke sekolah naik ini nih?" katanya bingung
"Iya abisan motorku bannya bocor" kataku mencoba berkelit
"Ooh yaudah"
Akhirnya kita sampai di sekolah. Didepan kelas aku udah dicegat sama kedua temanku.
"Ciee, yang berangkat bareng Cindy" kata Fachri
"Apaan sih nih anak"
"Ntar pasti pulang bareng lagi kan" kata Ariiq
"Emang kenapa sih masalah buat lo" jawabku sambil meninggalkan mereka berdua
Di kelas aku hanya bisa memandangi wajahnya. Tak jarang kita mendiskusikan pelajaran yang sedang dibahas. Akhirnya bel pulang pun berbunyi. Aku pun kembali pulang bersama Cindy. 3 bulan berlalu aku dan Cindy udah tambah deket aja. Aku sering nganter dia sering sms sering belajar bareng sampai akhirnya aku mau ngajak dia dinner. Sepertinya rasa cinta dalam hatiku sudah semakin meluap-luap. Dan akhirnya kukirim sms yang berbunyi seperti ini.
"Cin, malem ini kamu kosong kan ?" tanyaku
"Iya emang kenapa ?"
"Aku mau ngajak kamu dinner kamu mau kan ?"
"Serius nih"
"Iya aku jemput kamu jam 7 dirumah kamu ya"
"Hmm okedeh"
Malem ini aku siap-siap dinner sama Cindy aku berias seganteng mungkin. Akhirnya aku sampai dirumahnya dia terlihat cantik banget dengan gaun yang dia pake. Aku cuma bisa melongo aja melihat cewek yang akan aku kencani ini.
"Hey, melongo aja ayo jadi gak"
"Iya ayo naek"
"Kenapa melongo aja sih" tanyanya
"Gimana enggak orang aku lagi ngebonceng seorang bidadari" rayuku
"Huu bisa aja"
Akhirnya kita sampai juga di restoran yang kita tuju. Sesampainya disana aku udah pesen tempat buat kita berdua. Akhirnya akupun mencoba membuka percakapan.
"Cin, aku mau ngomong sesuatu sama kamu" kataku perlahan
"Mau ngomong apa"
"Sebenernya udah lama aku suka sama kamu" kataku perlahan lagi
"Terus" katanya semakin penasaran
"Aku mau kamu jadi pacar aku"
"Kamu serius mau nyudahin persahabatan kita dan merubahnya menjadi cinta ?" jawabnya
"Kenapa enggak kalo kita emang sama-sama mencinta dan mengerti"
"Iya Sa aku mau jadi pacar kamu"
"Mulai sekarang kamu pake cincin ini untuk menandai cinta kita" kataku sambil menyodorkan sebuah cincin kepadanya.
"Iya Sa aku akan jaga baik-baik cincin ini untuk kamu"
Setelah sekitar 2 jam disana kami pun pulang aku mengantar Cindy ke rumahnya.
"Makasih atas semuanya ya Sa" katanya
"Iya My Love" jawabku
"Kamu baik banget" katanya lagi sambil mengecup pipiku
"Hehehe"
"Yaudah pulang sana udah malem tuh"
"Iya sampai besok disekolah ya"
"Iya daah"
2 tahun berlalu aku dan Cindy sudah semakin menyatu. Tapi ada satu hal yang membuatku kembali berfikir apakah memang dialah jodohku. Karena kedua orang tuaku berniat menjodohkanku dengan anak teman bisnisnya akupun tidak bisa menolak kehendak mereka. Walaupun begitu aku tak sanggup mengatakannya pada Cindy aku takut melukai hatinya. Sampai akhirnya dia menelponku. Tak seperti biasanya dia menelponku.
"Axesa aku mau ketemu kamu" katanya dengan nada yang pelan
"Ada apa Cin" jawabku bingung
"Nanti aku jelasin semuanya kamu gak usah jemput aku temui aku aja di taman sekarang" katanya
"Oke"
Ditaman sudah ada Cindy yang menungguku.
"Hey, udah lama nunggu ya" kataku basa basi
"Enggak ko" katanya
"Eh, ada apa nih"
Diapun menyandarkan kepalanya di bahuku.
"Sa, sebenernya aku mau ketemu kamu karena aku mau ngembaliin cincin ini" jawabnya lagi
"Haah emang kenapa ?" jawabku kaget
"Aku udah dijodohin sama orang tuaku" sekarang airmatanya mulai mengalir
"Yaudah kamu gausah sedih cinta memang tak harus memiliki aku juga bahagia kalo kamu bahagia sekarang hapus airmata kamu aku mau kamu tetap tersenyum untuk aku"
Dia mulai menghapus airmatanya dan mencoba untuk tersenyum. Saat itu kupeluk erat tubuhnya sungguh ku tak ingin kehilangannya. Tapi mau bagaimana lagi kita memang tak berjodoh. Dia sudah dijodohkan oleh orang tuanya dan akupun begitu. Setelah beberapa lama kita di taman kita pun memutuskan pulang. Akupun mengantarkan Cindy pulang. Setelah sampai dirumahnya aku pun sempat turun dari motor untuk mengantarnya pergi. Kami berpelukan sangat erat mungkin untuk terakhir kalinya tak kusadari air mataku mulai menetes. Tapi aku segera menghapusnya ku tak ingin Cindy melihat airmataku sehingga membuatnya bertambah sedih. Aku pun mengatarkannya untuk terakhir kalinya.
Diperjalanan aku tak bisa melupakannya. Selalu teringat saat momen-momen bersamanya di jok belakang motorku sambil memeluk erat tubuhku. Namun mau bagaimana lagi kita memang tidak berjodoh.
Keesokan harinya orang tuaku berniat memperkenalkanku dengan orang yang akan dijodohkan kepadaku. Kami bergegas menuju rumahnya menaikki mobil milik ayahku. Kami berhenti di sebuah rumah yang sepertinya sudah tak asing bagiku. Kami pun masuk ke ruang tamu yang sepertinya sudah dipersiapkan sedemikian rupa untuk kami. Akhirnya ayahku mulai berbincang dengan rekannya ini. Aku hanya bisa memandangi dinding rumahnya yang terpajang foto seorang wanita yang sepertinya tak asing bagiku. Akhirnya teman ayahku memanggil anaknya.
"Cindy ayo sini ada tamu" katanya
Akhirnya seorang wanita yang sudah tak asing bagiku mulai keluar menuju ruang tamu. Aku sempat bertanya-tanya dan berfikir sejenak sampai akhirnya aku menyadari dia lah orang yang akan menjadi jodohku.
"Cindy !!" aku mulai memanggilnya
"Axesa !!" akhirnya dia menyambutku dan kami saling berpelukan.
"Cin, kita memang sudah ditakdirkan bersama sekarang kamu pake cincin ini lagi dan jangan pernah kamu lepasin lagi"
"Iya Sa, You are my destiny"
"You to Cindy Christina Gulla"
--TAMAT--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar